KH. A. Kharis Masduqi adalah putra kedua
dari tiga bersaudara dari pasangan H. Syarwidi dan Hj. Fatimatun.
Beliau dilahirkan di Gunungkidul, 17 Juni 1969 tepatnya di desa Getas,
Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Masa kecil Beliau
selalu dihabiskan dengan mengaji, sekolah dan membantu orang tua.
Karir keilmuan Beliau dimulai dari
Pendidikan Dasar di MI Tanjung Getas lulus pada tahun 1981, setelah itu
Beliau melanjutkan ke MTs N Gubukrubuh dan lulus pada tahun 1984.
Tingkat Aliyah Beliau selesaikan di MA An Nur Ngrukem sambil menempuh
pendidikan non formal menghafal al-Qur’an dan mengkaji kitab dan lulus
pada tahun 1987 sebagai hafidz. Setelah beberapa tahun menimba ilmu di
Pondok Pesantren An Nur Ngrukem, keinginan Beliau melanjutkan studinya
ke jenjang yang lebih tinggi pun terealisasikan. Beliau belajar di IAIN
Sunan kalijaga pada fakultas Adab dan lulus Strata 1 tahun 1992.
Pada tahun yang sama setelah mendapat
peringkat 1 pada MHQ tingkat Nasional, Beliau dikirim ke Makkah sebagai
utusan Indonesia dalam Musabaqoh Tafsir International dan mendapat
peringkat 4. Beberapa bulan setelah itu Beliau memutuskan untuk nyantri
di Ma’had Daruttauhid, Makkah, asuhan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi al
Maliki atas keinginan Beliau sendiri selama kurang lebih 6 tahun dan
pulang pada tahun 1998. Setelah itu Beliau meresmikan pernikahannya
dengan Hj. Wardah Nawawi putri dari KH. Nawawi Abdul Aziz, Pengasuh
Pondok Pesantren An Nur Ngrukem pada tahun 1998 kemudian kembali ke
Makkah dan ketika pulang pada tahun 1999 Beliau mendirikan Pondok
Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad Wonosari atas bantuan beberapa
rekannya, dan sempat pula mengabdi di Pondok Pesantren An Nur Ngrukem
selama 1 tahun dan bersama teman-teman memprakarsai berdirinya Sekolah
Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) An Nur Ngrukem Bantul.
Beliau dan Istri tercinta dikaruniai
putra pertama pada 23 Oktober 1999 dan telah dikaruniai 3 orang putra.
Harapan beliau mendirikan Pondok Pesantren Darul Quran Wal Irsyad adalah
sebagai sarana untuk melakukan pendekatan kepada Allah SWT melalui
penyebaran ilmu pengetahuan dan membawa generasi muda yang berkarakter
menuju masa depan yang cemerlang. Menurut Beliau, dalam membangun
generasi muda yang berkarakter, Beliau menerapkan konsep yang diajarkan
Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, yakni membangun karakter ilmu
(intelektual), wirid (spiritual), dan khidmah (pengabdian). Selain itu,
Beliau juga memegangi pesan KH. Nawawi Abdul Aziz, yakni agar menjadi
kiai atau pengasuh yang tidak setengah-setengah, karena mengelola
pesantren butuh totalitas.
Saat ini Beliau merupakan Kepala Sekolah Terpadu Darul Qur'an dan Wakil
Kepala Bidang Akademik di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) An Nur,
Ngrukem, Bantul. Beliau mengharapkan pesan Abuya Sayyid Muhammad al
Maliki dapat diterapkan, yakni “dakwah yang memberi ruang kepada orang
lain, tetapi tetap memegangi dan tidak menggerus prinsip sendiri”. Dan
hal yang paling berkesan bagi beliau adalah ketika berjuang dengan
segala kekurangan.